
investigasi.id-Balai Taman Nasional Komodo (BNTK) tengah menggodok rencana baru yang menarik perhatian publik terkait pengelolaan wisata di kawasan Taman Nasional Komodo. Salah satu langkah yang direncanakan adalah menerapkan sistem buka tutup secara berkala untuk mengatur kunjungan wisata.
Menurut Kepala BNTK, Hendrikus Rani Siga, langkah ini mendapat pertimbangan serius demi mengurangi tekanan terhadap lingkungan di dalam taman nasional. Dengan menutup kawasan pada waktu-waktu tertentu, BNTK berharap dapat mengurangi dampak negatif dari aktivitas wisata terhadap ekosistem yang rapuh di sana. Selain itu, penutupan ini diharapkan mampu memacu pengembangan destinasi wisata di luar kawasan Taman Nasional Komodo, seperti Labuan Bajo, untuk memperpanjang durasi tinggal wisatawan.
Sebelum penerapan sistem buka tutup, BNTK akan melakukan kajian mendalam terkait daya dukung lingkungan dan daya tampung wisata. Hal ini penting untuk memastikan bahwa kebijakan tersebut tidak hanya efektif dalam mengelola wisata, tetapi juga berkelanjutan dalam menjaga kelestarian lingkungan. Keterlibatan Pusat Kajian Pariwisata Universitas Gadjah Mada (UGM) yang didukung BPOLBF dalam studi ini menunjukkan komitmen untuk memastikan bahwa setiap langkah yang diambil mempertimbangkan dampak jangka panjangnya terhadap ekosistem yang unik dan penting ini.
Langkah ini juga diharapkan akan memberi dorongan bagi pelaku pariwisata di Labuan Bajo, seperti agen perjalanan, untuk mengembangkan paket wisata alternatif di luar kawasan Taman Nasional Komodo. Hal ini sejalan dengan visi Hendrikus untuk mengelola dan menata destinasi lain dengan baik, sehingga menarik minat wisatawan untuk menghabiskan lebih banyak waktu di kawasan tersebut.
Rencana sistem buka tutup yang sedang digodok oleh BNTK bukan hanya sekadar kebijakan rutin, melainkan langkah proaktif untuk menjaga keberlanjutan pariwisata dan konservasi di Taman Nasional Komodo. Dengan melibatkan berbagai pihak terkait dan melakukan pendekatan ilmiah yang cermat, diharapkan bahwa kebijakan ini akan menjadi tonggak penting dalam mengembangkan pariwisata yang bertanggung jawab dan berkelanjutan di Labuan Bajo.
Dengan demikian, langkah-langkah ini tidak hanya relevan untuk masa kini tetapi juga merangkul masa depan yang lebih cerah bagi industri pariwisata Indonesia.