
investigasi.id-Pakar kesehatan global baru-baru ini memperingatkan tentang varian cacar monyet (monkeypox) terbaru yang menunjukkan tingkat kematian lebih tinggi dibandingkan varian sebelumnya. Dikenal sebagai clade 2, varian ini telah menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan ahli kesehatan dunia karena kemampuannya yang lebih mematikan. Meskipun demikian, Kementerian Kesehatan Indonesia (Kemenkes) menyatakan bahwa varian ini belum ditemukan di Indonesia, dan saat ini semua kasus cacar monyet di tanah air masih berasal dari clade 2.
Dr. Ngabila Salama, Staf Khusus Kemenkes, mengkonfirmasi bahwa varian cacar monyet clade 2, yang saat ini menginfeksi populasi di Indonesia, memiliki tingkat kematian yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan varian clade 1 yang baru saja terdeteksi di Swedia. “Belum ada laporan mengenai varian mpox clade 1 di Indonesia, yang memiliki tingkat kematian antara 1,4% hingga lebih dari 10%. Semua kasus yang ditemukan di Indonesia sejauh ini masih berasal dari clade 2 dengan tingkat kematian antara 0,1% hingga 3,6%,” jelasnya dalam pesan singkat pada Jumat (30/8).
Penularan virus cacar monyet di Indonesia saat ini terutama terjadi melalui kontak seksual berisiko tinggi. Dr. Ngabila menegaskan bahwa semua kasus yang teridentifikasi di negara ini sampai saat ini melibatkan kontak seksual yang erat. Oleh karena itu, pemantauan dan surveilans terhadap mekanisme penularan harus dilakukan secara intensif. “100 persen kasus di Indonesia saat ini berasal dari hubungan seksual yang berisiko tinggi. Kami masih memantau dengan cermat bagaimana virus ini menyebar,” imbuhnya.
Meski ada kekhawatiran mengenai varian baru ini, Kemenkes belum merasa perlu melakukan vaksinasi massal kepada masyarakat umum. Vaksinasi saat ini hanya diberikan kepada individu yang telah kontak erat dengan kasus positif, kelompok berisiko tinggi, dan tenaga kesehatan yang terlibat dalam laboratorium. “Puskesmas terus melakukan penyelidikan epidemiologi dan surveilans untuk memastikan langkah-langkah pencegahan yang efektif,” tambah Dr. Ngabila.
Di luar negeri, situasi cacar monyet menunjukkan perkembangan yang signifikan. Swedia baru-baru ini melaporkan kasus pertama varian cacar monyet baru pada Kamis (15/8). Kasus ini tercatat sebagai kasus pertama di luar Afrika dan muncul setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan cacar monyet sebagai darurat kesehatan global untuk kedua kalinya dalam dua tahun terakhir. Direktur Jenderal Badan Kesehatan Publik Swedia, Olivia Wigzell, mengungkapkan bahwa pasien terpapar saat berada di wilayah Afrika yang tengah mengalami wabah.
Menurut laporan terbaru dari WHO, hingga 2024, telah tercatat lebih dari 14 ribu kasus cacar monyet dengan 524 kematian di berbagai negara Afrika, melampaui jumlah kasus tahun 2023. Angka-angka ini menunjukkan perlunya kewaspadaan dan respons yang cepat untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari varian mematikan ini.
Dengan informasi ini, penting bagi masyarakat dan pihak berwenang untuk terus memperhatikan perkembangan situasi dan mematuhi protokol kesehatan yang berlaku guna mencegah penyebaran cacar monyet.