Investigasi.id - Bagaimanapun jika Anda ingin berinvestasi, maka Anda akan berhadapan dengan yang namanya resiko. Yang harus Anda lakukan adalah mencoba mengukur serta mengelola resiko tersebut, karena memang tak dapat dihindari.
Cara mengukur resiko investasi
1. Standart deviasi
Perhitungan berapa jauh individual data dengan melihat data-datanya. Berikut caranya apabila hendak menghitung saham.
Hitung mean atau harga rata-rata data harga saham > Kurangi tiap data harga saham ke rata-rata / mean > Hasilnya dikuadratkan > Kemudian dijumlahkan, akan diperoleh varian > Varian diakar, dan standard deviasi akan didapatkan.
2. Dana kecil untuk investasi
Selain menggunakan metode perhitungan seperti di atas, ada alternatif cara lain yang lebih mudah untuk dilakukan.
Seringkali investor langsung memasukkan dana besar di instrumen investasi yang mereka percaya bisa mendapatkan return besar. Kalau pengalaman investasi sudah banyak itu tidak masalah, tetapi yang menjadi masalah jika nekat melakukan itu walaupun pengalaman masih jarang.
Karena itu ada baiknya jika investasi dimulai dengan menggunakan sedikit modal atau dana saja. Jadi gunakan waktu yang ada untuk memahami instrumen investasi itu, sehingga berdasar informasi yang Anda kumpulkan, termasuk pengalaman, Anda akan mengetahui strategi apakah yang terbaik untuk Anda lakukan agar dapat meminimalisir resiko yang ada.
3. Varian
Metode ketiga menggunakan perhitungan lagi. Varian ini yakni volatility dan range yang berasal dari data original. Di dalam investasi saham yakni volatility atau naik turunnya harga saham.
Untuk varian sendiri adalah kuadrat selisih data individual ke mean-nya. Di mana nilai varians yang semakin besar, maka ketidakpastian investasi pun akan semakin besar, alasannya adalah volatilitas harga. Sebab mengukur ketidakpastian itu variabel ini dimasukkan ke dalam metode perhitungan resiko investasi.
4. Resiko pasar
Anda juga perlu mengetahui salah satunya, yakni resiko pasar. Resiko ini dikarenakan fluktuasi nilai aset pasar.
Yang menyebabkan resiko pasar yakni berubahnya sentimen pasar keuangan, contohnya adalah saham dan obligasi. Umumnya perubahan ini terjadi dikarenakan beberapa kondisi, yakni resesi ekonomi, perubahan politik, kerusuhan, inflasi, dan sejenisnya.
Termasuk ke dalam resiko sistematik, karena resiko pasar mau tidak mau harus dialami oleh investor. Jadi capital loss tidak dapat dihindari jika sudah berbicara resiko pasar.
5. Resiko suku bunga
Anda juga harus mengukur resiko suku bunga. Banyak investor awam yang melewatkan resiko kelima ini.
Penyebabnya adalah menurunnya value relatif aset berbunga, contohnya adalah pinjaman atau obligasi. Walaupun suku bunga mengalami peningkatan, profit investasi beserta nilai obligasi berbunga mengalami penurunan, berlaku sebaliknya.
Frekuensi kategori kerugian
Kalau dilihat dari dimensi frekuensi, kategori kerugian dibagi menjadi 4 macam, antara lain:
- Definite / pasti ada
- Moderate / sedikit ada
- Slight / sedikit hampir tak ada
- Almost nil / hampir nihil / tak ada
Di dalam mengukur besarnya resiko investasi direkomendasikan untuk menggunakan satuan uang IDR atau Rupiah. Berdasar hasil pengukuran resiko itu, kerugian yang menimpa investor pun bisa dikategorikan menjadi beberapa macam, antara lain:
- Kerugian yang benar-benar besar
- Kerugian yang besar
- Kerugian menengah
- Kerugian kecil
- Kerugian yang benar-benar kecil
Selalu ingat untuk tetap tenang saat menghadapi resiko investasi. Karena kepanikan tidak akan membuahkan hasil apa-apa, justru bisa-bisa mengambil keputusan yang salah. Sediakan waktu untuk memikirkan strategi yang tepat. Sekian artikel mengenai cara mengukur resiko investasi, semoga bermanfaat.