Era Informasi dan Keraguan Pendidikan : Mengapa Sekolah Diragukan Pentingnya oleh Generasi Muda?

Era Informasi dan Keraguan Pendidikan : Mengapa Sekolah Diragukan Pentingnya oleh Generasi Muda?

investigasi.id – Di tengah arus deras informasi dan teknologi yang tak pernah berhenti, tren pemikiran “sekolah tidak penting” semakin menggema di kalangan remaja Indonesia, khususnya di platform media sosial seperti TikTok dan Instagram. Fenomena ini telah menarik perhatian Dr. Rakhman Ardi, Psikolog dari Universitas Airlangga dan Dosen Psikologi Media, yang mencoba mengurai benang kusut di balik tren ini.

Krisis Identitas dan Pengaruh Media Sosial

Menurut Dr. Ardi, usia remaja adalah fase krusial dalam pencarian identitas diri, di mana individu muda mencoba memahami dan mendefinisikan diri mereka dalam konteks sosial yang lebih luas. Media sosial, dengan segala pesonanya, menawarkan jendela ke dunia luas yang penuh dengan berbagai tokoh idola yang tampak sukses di luar jalur tradisional pendidikan formal. “Remaja kita mencari figur yang bisa mereka idolakan, yang seringkali ditemukan melalui YouTube atau TikTok, tempat idola-idola baru bermunculan dengan pesona keberhasilan instan dan kebebasan finansial melalui jalur seperti kripto,” ujar Dr. Ardi.

Masalah Kematangan Emosional dan Kognitif

Salah satu masalah yang diungkap oleh Dr. Ardi adalah kurangnya kematangan emosional dan kognitif di kalangan remaja yang membuat mereka cenderung menerima informasi tanpa kritis. “Tanpa pengalaman hidup yang cukup, seperti menghadapi kegagalan dan krisis, remaja bisa mudah mempercayai bahwa jalan non-tradisional adalah jawaban atas semua masalah mereka,” imbuhnya. Kondisi ini diperparah oleh minimnya pengawasan dan kontrol dari orang tua dalam konsumsi media sosial mereka, sehingga norma-norma yang seharusnya membimbing perilaku dan pilihan mereka tidak terbentuk dengan baik.

Perlunya Literasi Digital

Untungnya, tidak semua remaja terjebak dalam pemikiran ini. Dr. Ardi menekankan bahwa remaja dengan literasi digital yang baik cenderung memiliki faktor protektif yang memungkinkan mereka untuk memverifikasi informasi sebelum mempercayainya. “Literasi digital tidak hanya tentang mengerti cara menggunakan teknologi, tetapi juga memahami bagaimana informasi disajikan dan diproses serta dampaknya terhadap diri sendiri dan orang lain,” jelas Dr. Ardi.

Dampak Keluarga dan Solusi yang Diperlukan

Dr. Ardi juga menyentuh pentingnya kondisi keluarga dalam membantu remaja melalui fase pencarian identitas ini. Keluarga yang harmonis cenderung menyediakan dukungan emosional yang kuat dan faktor protektif yang diperlukan dalam membantu remaja menavigasi informasi yang mereka terima. Untuk menanggulangi masalah ini lebih luas, beliau mengusulkan pembaharuan kurikulum yang mengintegrasikan pendidikan tentang teknologi dan informasi dari usia dini.

Kesimpulan : Pendidikan Formal Masih Relevan?

Meskipun terdapat tren yang mempertanyakan relevansi sekolah, pentingnya pendidikan formal masih sangat relevan untuk membantu mengembangkan kematangan kognitif dan emosional yang dibutuhkan dalam dunia yang semakin kompleks. Pendidikan tidak hanya tentang menghafal fakta, tetapi lebih pada mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis, menghadapi tantangan, dan beradaptasi dengan perubahan. Dalam era informasi yang membanjir ini, kemampuan-kemampuan tersebut menjadi semakin penting, menjadikan pendidikan sebagai fondasi yang tidak tergantikan bagi pembentukan karakter dan kemampuan adaptasi sosial bagi generasi muda.